Hidup selalu penuh misteri, apa yang terjadi besok kita tidak akan pernah tahu dan apa yang pernah terjadi kemarin adalah sesuatu yang tidak akan terulang kembali. Sesungguhnya kesempatan untuk menjadi lebih baik, sangat ditentukan pada respon dan tindakan kita pada hari ini untuk menjemput hari esok yang lebih cemerlang.
Delapan tahun yang lalu, saya hanyalah seorang pemuda kampung yang hidup tanpa sebuah mimpi. Berawal dari kegagalan melanjutkan kuliah, saya merasa keinginan saya untuk menjadi orang sukses telah terputus. Hari-hari saya lalui dengan aktivitas hidup yang tidak berarti. Kurang lebih sekitar satu tahun setelah lulus SMA saya telak menjadi pengangguran. Berbagai cemohan miring tentang diri saya mencuak. Rasa-rasanya semua tetangga menganggap saya ini sebagai anak yang tidak berguna.
Merasa bosan hidup menganggur, saya pun akhirnya memutuskan untuk
merantau. Bali adalah tempat pertama saya mengadu nasib dengan menjadi
buruh diperusahaan mebel. Namun selama bekerja di Bali sekitar 6 bulan,
hidup saya bukan makin baik, malah makin buruk. Saya terjerumus dengan
hal-hal negatif yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Beruntung
saya masih menyadari itu, sehingga saya memutuskan pulang kampung,
supaya tidak makin terjerumus lebih dalam.
Sesampainya di kampung status pengangguran melekat lagi dengan diri
saya. Saya baru menyadari menjadi penganggurang sungguh membuat diri
saya tidak ada harganya. Tak lama kemudian saya memutuskan pergi
merantau ke Jakarta, karena ada tawaran dari teman untuk menjadi Satpam.
Dengan penuh harapan saya pun pergi ke Jakarta dan melamar menjadi
satpam melalui salah satu lembaga penyalur. Hari berganti hari, bulan
berganti bulan, saya terus menunggu panggilan untuk ditempatkan kerja.
Namun semua itu hanya pepesan kosong, karena lembaga penyalur tersebut
ditutup lantaran pemiliknya kabur, tidak tahu ke mana.
Nasibku semakin tidak jelas. Mau pulang ke rumah malu, mau bertahan
pun saya bingung mau bekerja apa. Setelah melakukan pertimbangan, saya
memutuskan untuk tetap bertahan di Jakarta. Saya bekerja menjadi kuli
bangunan, sambil di sela waktu saya terus melamar dan mencari pekerjaan
yang lebih layak. Namun lagi-lagi semuanya tidak membuahkan hasil.
Saya merasa lelah, hidup di Jakarta tidak ada perubahan. Akhirnya saya
memutuskan untuk pulang kampung.
Tidak lama berada di kampung, saya pun memutuskan untuk bekerja
ikut orangtua, menjadi kuli kompor yang kerjanya membuat kompor dapur.
Saya berpikir ini adalah jalan saya, mewarisi pekerjaan ayah yang
sebenarnya tidak pernah saya inginkan. Saya mencoba untuk menyukai
pekerjaan ini dan terus bertahan selama pemilik usaha masih membutuhkan
tenaga saya. Setelah dua tahun bekerja, tepatnya di tahun 2007 gejolak
ingin mengubah nasib begitu menggeliat! Saya mulai menyusun ulang
mimpi-mimpi saya yang pernah hilang, saya terus berdoa kepasa Tuhan dan
berharap hidup saya akan berubah. Saking kuatnya keinginan saya untuk
mengubah nasib, saya pun memutuskan untuk kuliah. Dalam pikiran saya
hanya satu, saya akan kuliah sambil bekerja.
Setelah meminta restu orangtua, saya segera mendaftarkan diri di
salah satu perguruan tinggi, namun saya gagal menempuh seleksi dan saya
dinyatakan tidak diterima. "Sudah terlanjur basah", itu yang saya
katakan pada diri saya. Saya pun memutuskan untuk mendaftar di
universitas lain dan alhamdulillah saya diterima, dan semenjak itu saya
resmi menjadi mahasiswa.
Hidup memang tidak seindah yang dibayangkan! Tepat satu tahun saya
kuliah, bos tempat saya kerja magang bangkrut, usahanya gulung tikar.
hal itu membuat saya tidak punya pekerjaan, bahkan saya pernah selama
dua bulan tidur di Mushola karena tidak punya tempat tinggal. Namun saya
tidak pernah menyerah, saya tetap berdoa dan berusaha menjalani itu
semua dengan penuh keyakinan bahwa ini adalah bagian dari kesuksesan
yang akan saya raih. Tuhan pun menjawab doa saya, melalui tangan
seseorang saya pun mendapat bantuan uang kuliah tiap bulan. Ini adalah
hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.
Semenjak itu saya bisa lebih fokus untuk belajar. Hari-hari saya
lalui dengan penuh motivasi, penuh gairah, dan penuh keyakinan. Alhasil
di tahun 2011 kamarin saya bisa menyelesaikan kuliah saya dan
dinyatakan lulus dengan hasil yang baik. Kembali lagi Tuhan memberikan
hadiah yang luar biasa kepada saya, setelah dinyatakan lulus saya
mendapatkan rekomendasi untuk mengajar di kampus tempat saya kuliah,
sebagai dosen. Ya.. ini adalah pencapaian saya, yang harus saya lewati
dengan perjuangan panjang.
Source : http://bangkitwibisono.com
0 komentar:
Posting Komentar